Tuesday, October 24, 2006

Berangkatlah dengan Sukacita

BERANGKATLAH DENGAN SUKACITA!


Bacaan: Yesaya 55.1-13

Tujuan

Memberikan pemahaman kepada jemaat bahwa misi pada hakikatnya adalah pemberitaan bahwa Allah berkenan menjadi Raja, yang membarui ciptaan dan umat yang percaya kepada-Nya dipanggil untuk berbagian dalam pekerjaan pembaruan ciptaan ini.

Berita Teologis

Berita peneguhan kembali perjanjian kekal Allah kepada umat yang terbuang tidak dibatasi pada keluarga keraton Daud, tetapi kepada seluruh umat, dan pembaruan perjanjian itu berdampak pada pembaruan seluruh kosmos.

Konteks Historis-Teologis

Ucapan profetis nabi Deutero-Yesaya dijalankan kira-kira dalam rentang 550-539, dimulai sejak Koresh mengalahkan Media dalam peperangan sampai ketika Koresh mengalahkan Babel. Sang nabi menyangka Koresh akan akan merendahkan dewa-dewi Babel (lih. 46.2); ps. 49-55 kemungkinan besar berasal dari era setelah itu, yakni ketika terbuka kemungkinan bagi umat untuk kembali ke Yerusalem.

Penafsiran

55.1-3a mirip sekali dengan literatur Hikmat, yaitu undangan Sang Hikmat untuk makan (Ams. 9.5); laksana Hikmat (Ams. 9.11), Allah menawarkan kehidupan (55.3b).
55.3b-5 menjanjikan pembaruan perjanjian yang kekal, yang sebelumnya diberikan kepada keluarga keraton Daud, kini disediakan kepada semua orang, “kamu” (3b). Mazmur 89.39-40 meratapi perjanjian yang dikhianati ketika kehancuran Yerusalem. Di sini Deutero-Yesaya menunjukkan dengan jelas apa yang ada di balik pengajarannya: bahwa perjanjian kekal dengan keluarga kerajaan, dengan segala kisah dan mitologinya, pengharapan-pengharapan dan tradisi-tradisinya, telah dialihkan kepada seluruh umat.
55.6-7 merupakan kesimpulan dari nubuatan dalam bentuk undangan untuk bertobat dan penyembahan: “Carilah TUHAN,” “berserulah kepada-Nya,” “kembali kepada TUHAN.”
55.8-11 mengacu kepada keunikan berita Deutero-Yesaya; hal-hal ini adalah cara-cara baru, rancangan-rancangan baru, jauh melampaui yang dapat dipikirkan manusia. Firman Allah melalui nabinya adalah firman yang kreatif, seperti di Kejadian 1, dan firman itu akan menggenapkan cita-cita Allah.
55.12-13 menjanjikan bahwa semua ciptaan akan bergabung dalam sukacita kembalinya umat dari pembuangan, pembaruan kosmos merupakan bagian dari pendamaian dan pengumpulan kembali. Semua ini terjadi demi kemasyhuran bagi Yahweh yang telah membarui perjanjian-Nya.

Rancang Bangun Ekspositori

Terlahir sebagai Anak Zaman

Setiap manusia dilahirkan dalam konteks tertentu. Setiap kita pastilah relatif terhadap budaya serta adat di tempat kita dibesarkan. Bahkan, pola pikir, pola kehidupan dan cara berelasi dipengaruhi oleh lingkungan hidup kita. Dalam keadaan seperti ini kita perlu bertanya, bagaimana kita memiliki kemerdekaan yang cukup untuk mengimajinasikan dan menggambarkan pembaruan riil untuk situasi historis? Bagaimana kita dapat menawarkan suatu lingkungan hidup yang baru bagi dunia di sekitar kita?

Panggilan kenabian ternyata menuntut kemampuan sang nabi untuk pandai-pandai berimajinasi. Berimajinasi tidak sama dengan bermimpi di siang bolong. Berimajinasi bukanlah berkhayal-khayal ria. Berimajinasi di sini sama dengan memiliki visi yang kuat sebagai respons dari keadaan riil masyarakat. Imajinasi tidak bertujuan mengaburkan kenyataan sekarang, bukan melarikan diri dari realitas hidup yang sulit dan menawarkan semacam positive thinking yang menyugesti diri sendiri supaya lebih aman-nyaman menghadapi hidup. Di balik filsafat dan psikologi positive thinking yang dewasa ini marak berkembang, termasuk di negara kita, terdapat keyakinan New Age yang meng-ilahi-kan manusia: manusia memiliki daya yang tak terbatas, hanya manusia tidak sadar dengan daya itu karena belum menggalinya secara optimal. Bila manusia dapat menggalinya, maka manusia akan mampu melakukan hal-hal yang tak terduga, dan nampaknya mustahil dikerjakan, dan segenap persoalan hidup dapat diatasi.

Sebaliknya, tugas imajinasi profetis tidaklah demikian. Seorang nabi akan memotong kebekuan dan kekebalan hati umat, menerjang setiap bentuk penipuan dan sugesti diri sendiri, mengonfrontir umat pada realitas dan menawarkan solusi yang Allah sediakan. Sehingga, pada titik akhir pemberitaan nabi, setiap orang dituntut untuk mengaku bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan dan Raja.

Imajinasi harus mendahului implementasi. Konteks hidup gereja kita dewasa ini begitu pandai untuk melakukan “yang praktis-praktis saja” dan tanpa disadari, banyak gereja telah berjalan tanpa visi. Kesaksian Alkitab menjelaskan dengan gamblang, bila seorang nabi dipanggil oleh Allah, maka sang nabi harus memelihara terus imajinasi, untuk menjaga tetap hidupnya alternatif-alternatif bagi masa depan umat Allah dan dunia.

Imajinasi Ciptaan Baru

Kita pasti pernah mendengar perkataan, “Seandainya kita bersedia berusaha sedikit lebih keras lagi dalam usaha kita, maka dunia akan menjadi lebih baik.” Namun, kenyataannya jauh dari impian itu. Implementasi demi implementasi gagal. Setiap upaya dan penemuan canggih silih berganti, namun tidak ada yang dapat menanggulangi problem kejahatan. Tiap hari kita mendengar berita tentang perang, eksploitasi, bencana dan polusi. Hampir-hampir dunia yang tua ini kandas dalam keputusasaan. Adakah masa depan untuk dunia kita?

Di sinilah jawabnya! Kitab Yesaya jilid II diakhiri dengan sebuah nyanyian agung. Nyanyian sukacita tatkala umat Allah kembali dari pembuangan. Yerusalem tinggal reruntuhan. Bait Allah di Bukit Sion telah rata dengan tanah, temboknya yang mencerminkan kebanggaan Israel hanya puing-puing. Kebanggaan dan kehormatan sebagai umat Allah hancur berkeping-keping! Namun, tetaplah lebih baik bagi umat untuk tinggal di tanah air. Janji Tuhan, “Sungguh, kamu akan berangkat dengan sukacita dan akan dihantarkan dengan damai.”

Sukar untuk membayangkan! Memang, sebab pikiran Allah bukanlah pikiran kita; demikian pula jalan-jalan-Nya bukanlah jalan-jalan kita (ay. 8-9). Kita menginginkan sesuatu yang salah. Kita mengejar yang salah. Kita mengupayakan hal-hal yang tidak seharusnya: Mengapa harus belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti? Dan mengapa berjerih payah untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? (ay. 2). Allah memanggil kita untuk berefleksi atas setiap usaha yang sudah kita kerjakan. Kita tak dapat lagi berasumsi, bahwa pikiran kita akan memimpin kita sampai kepada pikiran Allah, atau bahwa tugas yang harus kita kerjakan adalah melihat di mana cacat dan lemahnya dunia, kemudian kita menyediakan perbaikan di sini dan di sana. Walter Brueggemann mengingatkan kita sekali lagi, program monarkhial Israel yang melimpah-limpah itu “is fed by a management mentality which believes there are no mysteries to honor, only problems to be solved” (Prophetic Imagination, 42-43).

Kita perlu belajar untuk berpikir beda. Dalam puncak beritanya, Yesaya menaikkan nyanyian yang mengajak kaum terhina untuk datang kepada Allah. Dalam teologi Kristen, realitas kehidupan yang berat bukan untuk dihindari! Sebaliknya, melalui penderitaan dan kematian anugerah Allah diberikan untuk memberikan kehidupan yang baru. Ya, anugerah Allah yang akan memenuhi seluruh alam, sesuai cita-cita Allah untuk memenuhi bumi ini dengan kemuliaan-Nya (Yes. 6.3), hadir setelah umat menanggung hukuman atas dosa-dosanya. Sebab itulah sang nabi mengundang yang haus untuk minum. “Mari datang dan minum; tidak punya uang? Jangan khawatir, Aku yang menanggung semuanya!” (lih. ay. 1).

“Sungguh, kamu akan berangkat dengan sukacita dan akan dihantarkan dengan damai.” Bukan itu saja. Alam akan turut bersukacita dan bersorak-sorai (ay. 12); semak duri dan kecubung digantikan dengan pohon sanobar dan pohon murad. Peristiwa kembalinya Israel, yaitu peristiwa penebusan diiringi dengan pembaruan kosmik! Gambaran Alkitab mengenai kejahatan adalah taman yang rusak. Adam dan Hawa diusir dari taman, dan manusia menjumpai semak duri dan rumput duri dari dalam tanah (Kej. 3.18), padahal tanah seharusnya menghasilkan pohon yang memberi perteduhan dan buah-buahan untuk makanan manusia. Gambaran baru Allah janjikan di sini: sebagai ganti semak duri akan tumbuh pohon sanobar dan sebagai ganti kecubung akan tumbuh pohon murad. Inilah ciptaan baru itu: Taman dunia ditata ulang mengiringi berita pemerdekaan yang Allah sampaikan kepada umat-Nya. Dan inilah nyanyian ciptaan baru itu: mata rantai kejahatan dan kematian telah Allah jauhkan sehingga proyek besar Allah untuk menghadirkan kehidupan, terang dan sukacita hadir di atas bumi.

Bagaimana semua itu dapat terjadi? Kuncinya ada di ay. 11: Firman yang keluar dari mulut Tuhan, tidak akan kembali dengan sia-sia. Firman Tuhan, daya mahadahsyat yang keluar dari Allah adalah kuasa untuk merombak tata ciptaan dan menebus dosa umat-Nya. Renungkan, kita diingatkan pada Kejadian 1.3: Allah berfirman, maka segala sesuatu menjadi ada, segala sesuatu yang baru! Firman Allah selalu berkuasa, dan selalu menghasilkan buah, tidak pernah sia-sia, dan tanpa pernah diduga-duga menghasilkan ciptaan baru. Orang Kristen mula-mula menerapkan ide Firman Allah ini kepada Tuhan Yesus sebagai ekspresi Allah yang ultimat serta kepada berita Kabar Baik tentang Tuhan Yesus, yang kemudian dikanonkan menjadi Perjanjian Baru. Rumput menjadi layu, bunga-bunga jatuh berguguran, tetapi firman Allah tinggal tetap selama-lamanya. Dengan firman itulah tumbuh pohon sanobar sebagai ganti semak duri, dan pohon murad sebagai ganti kecubung!

Selesaikah di sini? Tidak. Umat yang kembali dari pembuangan akan dipulihkan statusnya sebagai umat Allah. Israel baru akan Allah dirikan dengan peneguhan ulang ikatan perjanjian (ay. 3), dan undangan yang amat mendesak: Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui, tanggalkan jalan kefasikanmu dan kenakan yang baru, dan kembalilah kepada Tuhan! (ay. 6-7). Panggilan baru Allah teguhkan bagi mereka, yaitu bahwa mereka menjadi saksi bagi bangsa-bangsa (ay. 4) dan menjadi seorang raja dan pemerintah suku-suku bangsa. Hegemoni gaya barukah? Suatu bentuk ekspansi di bawah panji nama Allah kepada bangsa asing? Bukan! Panggilan ini berarti amanat untuk turut menjadi penegak keadilan dan perdamaian. Kehadiran umat yang baru merupakan kehadiran ciptaan baru, yang memberikan harapan bagi dunia yang tua renta.

Imajinasi Komunitas yang Kokoh dan Terpercaya

Apa relevansinya bagi gereja masa kini? Pertama, membangun komunitas yang kokoh dan terpercaya bukan sekadar mendaftar masalah-masalah gereja lokal untuk diselesaikan satu persatu. Komunitas perlu mempunyai visi, dan karena itu komunitas perlu mengimajinasikan satu bentuk dunia alternatif di tengah-tengah dunia yang kian tua ini. Dunia kita sangat mungkin untuk terjerembab dalam spiral kejahatan. Dalam situasi yang seperti ini, yang dunia butuhkan bukan toleransi tetapi kemurahan Allah, bukan inklusi tetapi pengampunan. Apa yang kita tawarkan sebagai komunitas perjanjian? Beranikah kita menyanyikan kidung peziarahan ke Yerusalem; bukan surga yang tanpa bentuk di awan-awan, tetapi surga di atas bumi: Kerajaan Allah yang hadir dengan kuasa Firman?

Kedua, komunitas yang kokoh dan terpercaya hanya mungkin terwujud bila membuka pengharapan yang baru bagi dunia yang porak poranda. Dunia ini penuh semak duri, akankah Gereja merelakan energinya untuk menanami pohon sanobar? Dunia ditumbuhi kecubung, akankah Gereja merelakan energinya untuk membabatnya dan menanami pohon murad? Dunia adalah taman yang rusak, akankah Gereja merelakan energinya untuk menata ulang taman itu? Iman Kristen menyatakan, bukan saja Allah menyediakan surga di atas sana, yang menjanjikan hidup sesudah kematian, tetapi kebenaran adanya hidup setelah “hidup sesudah kematian”: yaitu ketika kita menikmati kehidupan kebangkitan baru di atas bumi baru: pohon sanobar sebagai ganti semak duri, dan pohon murad sebagai ganti kecubung. Inilah klimaks berita Yesaya jilid kedua!

Ketiga, komunitas yang kokoh dan terpercaya niscaya terwujud bila setiap warga gereja semakin dekat dengan firman Allah. Menyadari bahwa firman itulah yang memberi daya kehidupan, dan bahwa firman itu selalu melampaui kendali siapa pun, maka kita semakin mengerti betapa pentingnya hidup di dalam Firman yang hidup itu; kita pun semakin merindukan firman yang diberitakan secara murni di atas mimbar: firman yang tanpa plus ataupun minus!; dan, selalu haus kepada firman yang menjadi pusat kontemplasi dan doa-doa Kristiani, yang direnungkan siang dan malam. Komunitas orang percaya adalah komunitas perjanjian yang baru, sebab itu setiap warganya pastilah mengaku bahwa “firman itu sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan” (Ul. 30.14).

Berangkatlah dengan sukacita! Sebab bila semua imajinasi di atas tercapai, maka “itu akan terjadi sebagai kemasyhuran bagi TUHAN, sebagai tanda abadi yang tidak akan lenyap” (Yes. 55.13).

Selamat menjalankan tugas misi Kerajaan Allah!

TERPUJILAH ALLAH!

No comments:

Post a Comment