Tuesday, October 24, 2006

Mesias, Komunitas dan Kuasa Iblis

MESIAS, KOMUNITAS DAN KUASA IBLIS

Bacaan: Wahyu 12.1-17

Tujuan

Membuat jemaat mampu memahami pertolongan Tuhan dalam tantangan kuasa kejahatan, bahwa kemenangan telah Allah anugerahkan kepada umat-Nya, sehingga komunitas Allah tidak perlu khawatir dengan perjuangan dalam kehidupan bergereja dan menggereja.

Berita Teologis

Gereja sebagai komunitas yang dipimpin oleh Mesias akan selalu menghadapi konflik dengan kuasa Iblis, namun dalam lindungan Allah, komunitas ini mencapai kemenangan.

Konteks Historis-Teologis

Siapakah perempuan yang dimaksud? Dalam tradisi Katolik Roma ada yang memahaminya sebagai Maria. Tetapi teori ini lemah oleh sebab Katolik sendiri mengagungkan kekudusan Maria sampai meninggal, tetapi di ay. 13-17 diterangkan mengenai “keturunannya.” Maka, lebih baik memahaminya sebagai Sion atau Gereja, sedangkan keturunan yang diperangi oleh naga adalah orang-orang Kristen. Anak itu jelas merupakan gambaran Mesias, sebab ia “akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi,” (ay. 5 bdk. Mzm. 2.9). Keterangan bahwa si anak dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya (ay. 5) merujuk pengangkatan Tuhan Yesus yang dibangkitkan dari antara orang mati.

Konteks Sastra

Di antara peristiwa ditiupnya sangkakala ketujuh (11.15-18) dan narasi enam cawan (15.1-16.16), Yohanes membelokkan perhatian pembaca secara tiba-tiba dengan tiga narasi yang menuturkan suatu narasi eskatologis yang sinambung (12.1-14.20). Di 11.19 diceritakan Bait Suci Allah di surga terbuka dan peristiwa ini disertai oleh fenomena atmosfer dan seismik (bdk. 8.5 yang mendahului berita tujuh sangkakala).

Di sini, Yohanes memakai tradisi Gerika-Romawi dan Yahudi untuk menggubah perikop ini. Mitos yang diadaptasi oleh Yohanes adalah mitos Leto-Apollo-Python. Dewi Leto, tengah mengandung Apollo, dikejar oleh si naga Python. Leto melarikan diri ke pulau Delos yang jauh dengan bantuan angin utara dan pertolongan bumi atau Poseidon, dan melalui intervensi Dewa Tertinggi Zeus. Akhirnya ia melahirkan Apollo; 4 hari berlalu dan Leto dibunuh oleh Python. Apollo kemudian kembali dan membunuh naga itu (J. Schroeder, “Revelation 12: Female Figures and Figures of Evil,” Word and World 15/2 [1995]: 176).

Menurut alur penceritaannya, jelas bahwa Yohanes melakukan penyejajaran antara dua tradisi. Seorang perempuan tampil di surga (ay. 1) dan disusul munculnya seekor naga merah (ay. 3), yang menjadi antagonis. Sang perempuan digambarkan seperti tokoh astrologi (berselubung matahari dengan bulan di bawah kaki, dan mahkota perbintangan) sebagai ratu kosmos (ay. 1). Dewi Artemis, Hekate dan Isis digambarkan sama seperti itu. Si naga (alias Satan, si ular tua, Iblis, ay. 12), adalah antagonis dari Allah, dan pertama muncul di bagian ini dalam drama estakologis yang dikarang oleh Yohanes. Pengangkatan si anak di ay. 5 nampaknya memakai motif raptur yang secara umum dipakai dalam mitos-mitos Yunani, yang memiliki berita peng-ilah-an satu tokoh melalui kenaikannya ke surga.

Sebagai catatan, pemenggalan perikop sengaja hanya sampai 12.17! Sebab, 12.18 seharusnya menyatu dengan eidōn (“Aku melihat”) di 13.1 sebagai introduksi penglihatan yang baru, yaitu 12.18-13.8.

Rancang Bangun Ekspositori

Memasuki Zona Apokaliptik

Sebelum membedah perikop ini, marilah kita melihat gambaran tema-tema besar Kitab Apokaliptik yang menutup kanon Alkitab, yaitu Wahyu. Pertama, Wahyu adalah Kitab Konflik. Seluruh isi Wahyu mengetengahkan konflik-konflik yang akan terjadi dalam waktu di antara kedatangan Kristus yang pertama dengan yang kedua: Konflik antara Allah dan Iblis, yang digambarkan dalam personifikasi Anak Domba dan Naga; konflik antara Kota Suci Yerusalem dan Kota Metropolitan Babilon (meminjam judul buku Charles Dickens, Kitab Wahyu boleh disebut A Tale of Two Cities: Kisah antara Yerusalem dan Babilon); juga konflik antara Gereja dan dunia! Sungguh, seluruh isi Kitab Wahyu mengisahkan konflik yang di dalamnya kita benar-benar mengambil peran, bahkan sampai hari ini.

Kedua, Wahyu adalah Kitab Kemenangan. Kita tahu bahwa di ujung konflik terdapat kemenangan yang pasti; kemenangan atas kuasa Iblis oleh Yesus Kristus melalui kematian dan kebangkitan-Nya.

Ketiga, Wahyu adalah Kitab Perayaan. Buku ini merayakan kemenangan Kristus, dengan puji-pujian. Di antara buku yang bermulti-jenis-sastra, Wahyu merekam nyanyian-nyanyian ibadah jemaat yang bernuansa kidung kemenangan. Seorang penafsir mengatakan bahwa Wahyu adalah sebuah sursum corda, “Angkatlah hatimu!”: Undangan buat Gereja untuk merayakan maha karya Allah di dalam Mesias Yesus.

Membaca Wahyu memang perlu hati-hati. Sebab kadang-kadang penulis Wahyu tidak mencatat secara runtut seperti sewaktu kita membaca Injil atau Surat-surat Paulus. Wahyu mengajak kita untuk membaca terus, lalu tiba-tiba kita diajak untuk kembali lagi ke depan, ke tema-tema yang sudah pernah ditulis sebelumnya, yakni terjadinya konflik, kemenangan dan perayaan, walaupun dalam sudut pandang yang berbeda. Inilah yang sedang kita pelajari bersama-sama. Pasal 12 tidak ada kaitannya secara urut dengan pasal 10 dan 11, tetapi membentuk satu unit yang utuh hingga 15.4. Konflik yang dimenangkan, lalu disimpulkan dengan pujian selebratif.

Memasuki Zona Konflik

Kita sedang berhadapan dengan sebuah drama dengan 3 pemeran atau 3 personae atau 3 karakter utama: perempuan, naga dan anak laki-laki. Pertama, perempuan yang sedang hamil tua, sedang menderita sakit bersalin. Siapakah dia? Pandangan yang popular dari Katolik Roma, perempuan ini adalah Anak Dara Suci Maria, Sang Virgo Immaculata. Tetapi dari catatan Injil maupun kitab-kitab Apokrif, Maria tidak dianiaya. Apalagi, bila Katolik Roma mempertahankan keperawanan Maria sampai tutup usia, maka tak mungkin bagi Maria untuk melahirkan anak selain Yesus; padahal, di ay. 17 ada pernyataan “keturunannya” (the rest of her offspring), yang berarti ada anak-anak lain.

Jika kita perhatikan secara cermat, maka figur ini tidak mewakili seorang individu siapa pun di Alkitab, tetapi merupakan suatu perwakilan korporat, yaitu Gereja sendiri, yang adalah persekutuan kaum beriman. Berbicara tentang persekutuan kaum beriman, di Wahyu jelas sekali Gereja itu merupakan gabungan antara umat Allah di PL dan PB. Dari mana kita dapat mengambil kesimpulan ini? Perhatikan ay. 1, perempuan itu berselubungkan matahari dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dengan 12 bintang di atas kepalanya.

Hal ini mengingatkan kita pada mimpi Yusuf di Kej. 37.9, matahari, bulan dan 11 bintang sujud menyembah kepada Yusuf. Matahari itu menyimbolkan Yakub ayahnya, bulan menyimbolkan ibunya, dan bintang menjadi lambang saudara-saudaranya yang lain. Jadi, sang perempuan yang bermahkota dengan 12 bintang ini menyimbolkan 12 patriakh Israel yang melahirkan 12 suku Israel, yang kelak akan menurunkan Mesias (bdk. Rm. 9.5), dan kemudian juga menyimbolkan 12 rasul Kristus. Maka, sang perempuan ini merupakan pelambangan Gereja Tuhan.

Kedua, Anak laki-laki yang dilahirkan oleh perempuan itu. Ia ditakdirkan untuk “menggembalakan semua bangsa dengan gada besi” (ay. 5). Dialah Mesias. Dialah Raja di atas segala raja, Tuhan di atas segala tuan.

Ketiga, naga merah yang mengerikan, berkepala dan bermahkota 7 serta bertanduk 10 yang menyimbolkan besarnya pengaruh kekuasaan kekaisaran di seluruh dunia. Naga itu di ay. 9 dikatakan sebagai si ular tua, yaitu Iblis atau Satan! Naga ini merepresentasikan Iblis.

Memasuki Zona Kemenangan

Kini kita siap mempelajari tiga kebenaran yang menjadi pokok penglihatan di perikop ini. Pertama, kekalahan Iblis dan tipu dayanya. Dalam kisah pertama (12.1-6), perempuan yang sakit bersalin itu tengah dihadang oleh naga merah yang menanti kelahiran anaknya untuk menjadi santapan. Tetapi bukan malah dimakan oleh si naga, anak yang ditentukan untuk memimpin bangsa-bangsa itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke tahta-Nya. Sedangkan perempuan itu lari ke padang gurun, ke tempat yang telah Allah sediakan baginya, dan ia dipelihara selama 1260 hari (= 42 bulan = 3 ½ tahun). Kita tahu 3 ½ adalah separuh dari angka 7, yaitu angka kegenapan segala masa. 3 ½ masa pertama telah tuntas dalam Perjanjian Lama (era Sebelum Masehi), dan sekarang ini periode 3 ½ masa sedang dijalani, yaitu masa antara kedatangan Kristus yang pertama dan yang kedua (era Anno Domini, “Tahun Tuhan kita”).

Sadarkah kita bahwa sesungguhnya perikop ini merupakan ringkasan dari berita kisah Injil yang seutuhnya? Dimulai dari kelahiran Mesias sebagai pemenuhan janji PL, kematian, kebangkitan serta kenaikan-Nya ke surga, kepada masa penganiayaan jemaat Tuhan serta perlindungan terhadap Gereja.

Kedua, kemenangan Kristus. Dalam kisah kedua (ay. 7-12), terjadi peperangan antara dua angkatan perang di dalam surga. Nampaknya ada sesuatu yang terputus dengan kisah pertama. Memang, tetapi secara fundamental, beritanya tetap sama, yaitu kemenangan Kristus atas kuasa Iblis. Mikhael adalah panglima perang surga, dan pertama kali diwartakan di dalam Kitab Daniel. Ia memimpin prajurit surga yang baik melawan Iblis dan prajurit jahatnya. Hanya saja, Iblis tidak dapat bertahan, bahkan Ia dilemparkan ke bumi bersama malaikat-malaikatnya (ay. 9). Itu berarti segala kuasanya yang memberdayakan seluruh dunia telah dipatahkan. Kita tahu di dalam PB, di dalam salib kekalahan Iblis dinyatakan, dan dengan bangkitnya Kristus, maka kekalahan itu diumumkan. Kemenangan Kristus dan segala konsekuensinya itu kemudian dirayakan dalam kidung di ayat 10-12. Apakah konsekuensinya bagi kita? Yaitu keselamatan; bahwa keselamatan yang kita terima bernilai kekal dan tidak akan direbut oleh Iblis. Juga, pemerintahan dan kekuasaan sekarang ada di dalam Kristus.

Ketiga, perlindungan terhadap Gereja Tuhan. Dalam penglihatan yang ketiga, kembali diketengahkan konflik antara perempuan dan naga (13-17). Kini, perempuan itu dalam penganiayaan naga. Setelah sadar, naga itu kembali memburu sang perempuan, dan meskipun perempuan itu menerima “bonus” sayap, untuk terbang ke tempat aman (lih. kembali ay. 6), perempuan itu dihanyutkan juga oleh semburan air sebesar sungai yang keluar dari mulut naga. Tetapi bumi menolong dan menelan sungai itu. Bangkitlah amarah si naga, dan pergi memerangi “keturunan” perempuan itu, yaitu orang-orang Kristen dari generasi yang selanjutnya yang tetap mempertahankan imannya kepada hukum Allah (PL) dan kesaksian Kristus (PB). Tahukah kita sebuah definisi yang tersirat tentang komunitas Kristen? Yaitu mereka yang patuh kepada hukum-hukum Allah dan berdiri teguh dalam kesaksian akan Kristus. Kepatuhan dan kesaksian, itulah esensi komunitas Mesianik dan kualifikasi bagi siapa pun yang bergabung di dalamnya.

Renungan Peziarahan Gereja

Pertama, sebagai Gereja, kita harus waspada terhadap kuasa Iblis dan segala tipu dayanya. Iblis bukanlah objek gelak tawa. Sejarah perjalanan umat Allah membuktikan, Iblis selalu berniat menggagalkan iman umat Allah serta menggagalkan pemenuhan janji Allah. Hendaklah kita tidak menjadi pongah. Bukan kebetulan Yohanes menggambarkan Iblis sebagai naga merah yang mengejar Mesias dan pengikut-Nya. Perjalanan gereja kita baik lokal, klasis maupun sinodal ke depan masih dapat menghadapi hambatan yang serius dari di jahat. Gereja Tuhan harus mewaspadai kuasa Iblis.

Kedua, sebagai Gereja, kita perlu meyakini bahwa Kristus telah menang atas kuasa Iblis. Kemenangan Kristus bernilai kekal dan tidak akan dikalahkan oleh kuasa apa pun. Kemenangan Kristus juga menjamin keberadaan Gereja-Nya. Baik gereja-gereja yang sedang mengalami aniaya, atau gereja di bawah tanah, kesaksian firman Tuhan menyatakan bahwa Gereja tidak akan dihancurkan. Penganiayaan dan perlindungan hadir bersamaan di dalam Gereja Tuhan dalam periode antara kedatangan Kristus yang pertama dengan yang kedua. Sebab itu, pengalaman pahit dan derita sedalam apa pun yang menimpa Gereja Tuhan, juga setiap warga gereja, tidak akan mematahkan iman yang benar di dalam Tuhan. Gereja yang benar aman dalam lindungan Allah.

Ketiga, sebagai Gereja yang hidup di zaman sekarang ini, Allah membukakan pintu menuju kepada kemenangan Kristus itu bagi kita. Perhatikan ay. 11, Iblis dikalahkan oleh: (1) darah Anak Domba Allah; (2) kesaksian orang percaya; (3) keberanian untuk menjadi martir bagi Allah. Doa kita bersama yaitu gereja makin berani untuk beriman teguh di dalam kuasa darah Kristus, untuk menyaksikan kemenangan itu dengan tidak menahan-nahan, dan untuk bersedia mempersembahkan hidup seutuhnya bagi Mesias Yesus yang menang itu! Kiranya Allah menguatkan kita untuk teguh berdiri di dalam kemenangan Kristus, sehingga Iblis akan lari dari hadapan kita.

TERPUJILAH ALLAH!

No comments:

Post a Comment