Monday, October 30, 2006

MARKUS 101: Pengantar (1)

MARKUS 101: BERKENALAN DENGAN INJIL MARKUS (I)



MEMBACA MARKUS, SEKALI LAGI!

Anda pernah membaca Injil Markus? Tentu sudah, bukan? Semuanya? Ada yang berkata “Ya” tetapi ada pula yang menjawab, “Belum.” Baik. Mari, ambillah Alkitab Anda dan baca Injil ini sekali lagi. Sekarang, cobalah membaca Markus dengan strategi lain. Pertama, sediakanlah waktu sekitar satu jam tiga puluh menit atau dua jam, dan bacalah Injil ini sekaligus, dari awal sampai akhir.

Kedua, jangan cepat-cepat berusaha mendapatkan “ayat mas” ataupun kalimat-kalimat indah yang Anda jumpai sepanjang pembacaan; kiranya Anda juga tidak cepat-cepat menarik teladan-teladan moral dari tindakan dan perkataan Yesus, maupun kebenaran-kebenaran doktriner yang sifatnya kekal. Nikmati saja alur penceritaannya.

Ketiga, bila Anda membaca versi terbitan LAI Terjemahan Baru, bayangkan Injil ini tidak memiliki pasal, ayat dan judul-judul. Mungkin, biarkan saja paragraf-paragraf yang ada. Nah, apa yang akan Anda temukan ketika membaca? Suatu kisah perjalanan kehidupan Yesus. Anda seperti sedang membaca novel! Seperti itulah Injil Markus—dan injil-injil lainnya—sesungguhnya dimaksudkan.

Sekarang bayangkan bahwa Anda sedang berada bersama-sama dengan jemaat abad pertama Masehi. Sebagian besar hadirin buta huruf! Sebagian lagi tidak mendapatkan salinan Injil Markus dalam sebuah gulungan untuk mereka baca di rumah. Anda mempunyainya, sebab Anda adalah seorang tokoh dalam persekutuan itu! Anda diminta untuk membacakannya dengan keras untuk semua yang hadir, dari permulaan hingga akhirnya. Ya, semua kitab dalam Perjanjian Baru memang ditujukan untuk dibaca dalam satu sesi pertemuan jemaat.

Cobalah membayangkan, bagaimana ekspresi orang-orang di sekitar Anda tatkala mendengarkan isi Injil ini. Oh, mereka mendengarkan dengan serius. Saksama. Penuh perhatian. Beberapa di antara mereka menitikkan air mata. Terharu. Bahagia. Sungguh suatu pengalaman yang tak terlupakan.


MARKUS SANG PENCERITA

Mengapa Anda perlu membaca Markus dalam satu sesi pembacaan? Anda akan melihat dengan sangat jelas, betapa Markus merupakan sebuah narasi yang ditulis dengan baik. Jalinan-jalinan alur yang sinambung, ketegangan-ketegangan di sana sini yang dikembangkan dengan terampil; tak kalah Markus dibandingkan dengan penulis-penulis drama ternama!

Sang penulis tentulah seorang komunikator yang populer dan handal. Gaya tulisnya langsung tepat ke sasaran dan padat bila dibandingan injil-injil lainnya. Pemandangan yang ditampilkan juga lebih hidup. Injil yang ditulis lebih pendek daripada injil-injil lainnya bukan karena ia mau menulis dengan singkat. Ia sengaja membatasi materi yang dipakainya. Ia tahu benar bahwa Yesus adalah seorang guru, tetapi ia meminimalkan ajaran-ajaran-Nya, dibandingkan dengan injil-injil lainnya. Ia menulis dengan bersemangat tentang kerumunan orang di sekitar Yesus yang mau tahu, mukjizat-mukjizat yang mengagumkan, serta konfrontasi dengan musuh-musuh-Nya, baik manusia maupun kuasa jahat. Ia membiarkan kita merasakan daya pengaruh Yesus kepada murid-muridnya yang sering kali bimbang. Dengan jalan ini, kita sedang berbagi pengalaman dengan mereka yang kebingungan karena dunia mereka dijungkirbalikkan oleh nilai-nilai yang diwartakan oleh Sang Revolusioner mengenai Kerajaan Allah. Di hadapan kita, tampil suatu paradoks! Ternyata Ia adalah Mesias yang ditolak dan teraniaya, Sang Anak Allah yang disalah mengerti dan disiksa oleh umat Allah!

Sangat, sangat menyentuh! Alur yang kian maju tanpa henti—dan nampaknya kita tidak diberi waktu untuk menghela napas barang sedikit saja—menuju suatu panorama peristiwa di Yerusalem pada suatu Paskah di tahun 30-an. Di suatu sudut kecil kota raja, terjadilah sebuah klimaks babak mahadaya Allah yang dampaknya menjangkau seluruh ciptaan!

Cobalah pandangi lagi jemaat abad pertama yang tengah mendengarkan Anda membaca Injil ini. Ini kisah baru bagi mereka. Kisah yang dekat. Belum lama berselang terjadinya. Bagaimana mungkin mereka tidak terbawa dalam suasana haru biru, emosi yang mencekam, ketika mereka diajak kembali ke tempat Yesus berjalan, menampilkan tanda-tanda ajaib dan akhirnya dinaikkan ke atas salib dan kemudian dibangkitkan? (Ketika Anda melakukan ini, Anda akan berada di tempat yang lebih baik untuk memahami Injil ini dengan wajar dan akurat).


SIAPAKAH MARKUS?

Kita tidak tahu secara persis! Sejak dini, tradisi yang kita terima dari para leluhur Kekristenan, Injil ini ditulis oleh Yohanes Markus (Kis. 12.12), yang di kemudian hari menjadi kolega Paulus (Kis. 12.25; Kol. 4.10; 2Tim. 4.11) dan juga Petrus (1Ptr. 5.13), dan sebagai asisten Petruslah maka Markus akhirnya memutuskan untuk mencatat kisah-kisah mengenai Yesus, sebagaimana dituturkan oleh Petrus di usia lanjutnya di Roma.

Entah Markus menulisnya ketika Petrus masih hidup, atau setelah Petrus mangkat, yang mungkin adalah sekitar 64–65 M. Dalam pada itu, kita tetap dapat menangkap gema antusiasme dalam Injil yang padat ini akan adanya suatu penceritaan dari seorang saksi mata tentang adanya Satu Manusia yang telah mengubah cara hidupnya yang biasa-biasa saja menjadi luar biasa! Dari hidup sebagai pemuda desa menjadi juru bicara Allah. Yesus itulah Mesias Israel.


Penggalian Alkitab

1. Mengapa kita tidak boleh cepat-cepat mencari ayat emas dari Injil Markus? Mengapa pula kita perlu membayangkan Markus tanpa pasal, ayat dan judul?



2. Apa pentingnya bagi jemaat bahwa Markus dituliskan dalam sebuah gulungan?



3. Dari tradisi Kristiani, siapakah penulis Injil Markus? Apa hubungannya dengan para rasul?



4. Apa manfaat Markus untuk pembaca zaman sekarang?





Doa

Terima kasih, ya Bapa, untuk Injil Markus yang menyegarkan,
dan yang membangkitkan gairahku untuk kembali membaca
dan menggalinya seperti maksud mula-mula. Agar aku memandang
Yesus yang sejati, dan berjumpa dengan Dia, sehingga hidupku pun
diubahkan dengan jamahan kuasa kebangkitan-Nya. Amin.


(leNin_Oct3006)

No comments:

Post a Comment