Thursday, October 26, 2006

Mempelajari Matius 13:44-46

KERTAS KERJA MATIUS 13:44–46



PERBANDINGAN TEKS ALKITAB

1. The New Revised Standard Version

The kingdom of heaven is like treasure hidden in a field, which someone found and hid; then in his joy he goes and sells all that he has and buys that field.

Again, the kingdom of heaven is like a merchant in search of fine pearls; on finding one pearl of great value, he went and sold all that he had and bought it.


2. The New Jerusalem Bible

The kingdom of Heaven is like treasure hidden in a field which someone has found; he hides it again, goes off in his joy, sells everything he owns and buys the field.

Again, the kingdom of Heaven is like a merchant looking for fine pearls; when he finds one of great value he goes and sells everything he owns and buys it.


3. American Standard Version (1901)

The kingdom of heaven is like unto a treasure hidden in the field; which a man found, and hid; and in his joy he goeth and selleth all that he hath, and buyeth that field.

Again, the kingdom of heaven is like unto a man that is a merchant seeking goodly pearls: and having found one pearl of great price, he went and sold all that he had, and bought it.


TERJEMAHAN

Kerajaan surga itu adalah seperti harta yang terpendam di ladang itu; yang seseorang dulu temukan dan sembunyikan; dan dalam sukacitanya ia pergi dan menjual semua yang ia sedang miliki dan membeli ladang itu.

Lagi, kerajaan surga adalah seperti seorang pedagang yang mencari mutiara-mutiara yang baik, menemukan suatu mutiara yang sangat berharga, ia dulu pergi: menjual semua yang ia dulu miliki dan membelinya.


ANALISIS SASTRA

1. Genre (Jenis Sastra)

Jenis sastra perikop ini adalah perumpamaan. Perumpamaan memiliki karakteristik: membumi, singkat, pengulangan, memiliki keterkaitan dengan pendengar, pembalikan atas pemahaman kontemporer, pengharapan, berpusat kepada Kerajaan Allah, Etika Kerajaan dan penarasian Allah dengan keselamatan. Kadang-kadang, suatu perumpamaan diakhiri dengan kesimpulan.[1]

Perikop kita tidak memiliki kesimpulan. Terdiri dari dua perumpamaan yang semuanya berkisah mengenai penemuan sesuatu yang sangat berharga dan kemudian si penemu menjual semua hartanya. Tetapi kita tahu, bagian ini berbicara mengenai Kerajaan surga, sebab Tuhan Yesus membuka dengan formulasi, “Kerajaan Surga adalah seperti . . . .”


2. Konteks Sastra

Perikop ini terdiri dari dua cerita perumpamaan, tentang harta terpendam dan mutiara yang berharga. Cerita ini khas Injil Matius.

Konteks dekat perikop ini adalah diapit oleh penjelasan atas perumpamaan lalang dan gandum (13:36–43), serta perumpamaan pukat (13:47–52). Kedua perikop yang mengapit memiliki kesejajaran mengenai pemisahan orang yang baik dan jahat. Apa kaitan kedua perikop tersebut dengan perikop kita?

Amati ps. 13 seutuhnya, maka kita bertemu dengan rangkaian perumpamaan yang diakhiri dengan pengusiran Kristus dari Nasaret:
$ 13:1–23 perumpamaan penabur
$ 13:24–30 perumpamaan lalang dan gandum
$ 13:31–35 perumpamaan biji sesawi dan ragi
$ 13:36–43 penjelasan perumpamaan lalang dan gandum
$ 13:44–46 perumpamaan harta terpendam dan mutiara
$ 13:47–52 perumpamaan pukat
$ 13:53–58 penolakan orang-orang Nasaret

Maka, meskipun tidak ada kesimpulan atas perikop kita, kita dapat melihat keterkaitan sastra dengan ps. 13, yaitu diskursus mengenai orang yang baik dan tidak baik. Masalahnya, termasuk yang mana?

Sebagai pembanding, kedua perikop ini muncul dalam Injil Thomas. Injil ini tidak termasuk kanon PB, berbahasa Koptik dan berisi rekaman ucapan-ucapan Yesus.[2]

Injil Thomas 109

“Kerajaan itu adalah seperti seseorang yang memiliki harta karun [yang tersembunyi] di ladangnya tanpa mengetahuinya. Setelah ia mati, ia meninggalkannya bagi anaknya. Sang anak tidak mengerti [tentang harta itu]. Ia mewarisinya dan menjual[-nya]. Dan seseorang yang membelinya pergi membajak dan menemukan harta karun itu. Ia mulai meminjamkan uang demi memperoleh bunga bagi siapa saja yang ia kehendaki.”

Injil Thomas 76:1–2

“Kerajaan Bapa adalah seperti seorang pedagang yang melakukan pengiriman dagangan dan yang menemukan sebutir mutiara. Pedagang itu menelitinya. Ia menjual dagangannya dan membeli mutiara itu sendiri untuk dirinya.”

Kita tidak bisa menerima kredibilitas catatan ini, tetapi paling tidak kita mengerti adanya sebuah tradisi yang merekam perumpamaan ini. Hal ini menolong kita untuk membatasi imajinasi dan masalah-masalah yang tidak dimaksudkan oleh teks.

3. Analisis Kata

“Kerajaan Allah/ Kerajaan surga”

Menurut sarjana PB berkebangsaan Inggris, N. T. Wright, konteks proklamasi Yesus mengenai Kerajaan Allah adalah pengharapan Yahudi akan kebebasan. Pengumuman apokaliptik Kerajaan Allah, ketika kita menempatkannya dalam sejarah Yahudi, bukanlah mengenai hari kiamat. Tetapi, mengenai tindakan-tindakan agung dalam sejarah, dalam mana Allah yang esa, benar dan hidup akan bertindak di dalam sejarah Israel, dan dengan demikian juga dalam sejarah dunia secara keseluruhan. Tujuannya adalah menggenapkan kisah panjang yang diwarnai oleh babak-babak terang dan gelap menuju puncak yang ditetapkan Allah, untuk membebaskannya dari penindasan, dan mengalahkan segala kejahatan yang menindasnya.[3]

“Harta terpendam”

Menurut hukum Yahudi, jika Anda menemukan harta karun di sebuah ladang yang Anda beli, harta itu adalah kepunyaan pemilik mula-mula, bahkan dua kali lipatnya.[4] Jika ia mulai membelanjakan uangnya, orang akan bertanya-tanya, dari mana asal uang itu; kemudian ia mulai dicurigai. Jika ia hanya menyimpan uang hasil penjualan itu, maka uang itu adalah kesia-siaan.


KESIMPULAN-KESIMPULAN

1. Apakah si penemu harta adalah seorang jujur? Tidak.
2. Apakah si pedagang memperoleh sesuatu benar-benar berharga? Tidak, justru tidak ada harganya lagi.
3. Apakah keduanya merupakan tipe orang yang menemukan Kerajaan Allah? Pertanyaan balik, apakah Kerajaan Allah dapat ditemukan dengan mengupayakan sesuatu, yaitu menjual semua harta?
4. Kalau kita kembali kepada konsep Kerajaan Allah, Allahlah yang berjuang mewujudkannya. Kerajaan Allah adalah anugerah. Bukan diupayakan.
5. Perumpamaan ini merupakan peringatan Kristus kepada murid-murid-Nya.


[1]Grant R. Osborne, The Hermeneutical Spiral: A Comprehensive Introduction to Biblical Interpretation (Downers Grove: InterVarsity, 1991) 239.
[2]David Buttrick, Speaking Parables (Louisville: Westminster John Knox, 2000) 100, 102; lih. juga John Dominic Crossan, The Historical Jesus: The Life of a Mediterranean Jewish Peasant (San Fransisco: HarperSanFransisco, 1992) 281.
[3]“Jesus and the Quest,” The Anglican Institue (2000).
[4]J. Duncan M. Derret, Law in the New Testament (London: Darton, Longman & Todd, 1970) 6–13, dikutip dalam Buttrick, 101.

No comments:

Post a Comment