Sunday, November 19, 2006

Kedatangan-Nya Membawa Damai

KEDATANGANNYA MEMBAWA DAMAI

Renungan dari Matius 1.1–17


1. Pernahkah Sahabat-sahabat memikirkan mengapa Perjanjian Baru dibuka dengan deretan nama? Sangat tidak relevan dengan kehidupan kita sekarang, bukan? Kita toh tidak mengetahui kebanyakan dari orang-orang ini. Informasi dari dalam Alkitab juga minim, kecuali beberapa nama besar seperti Abraham dan Yakub. Kita cenderung membaca bagian ini secara cepat untuk sampai ke kisah kelahiran yang terkenal. Tetapi sesungguhnya, bagi penulis Injil Matius sendiri, deretan nama ini begitu penting untuk memahami kebenaran bahwa Kristus membawa damai bagi dunia. Mari, Sahabat, kita belajar apa artinya kedatangan Kristus membawa damai dari nas yang asing ini.

2. Pertama, inti kedatangan Kristus sebenarnya untuk memenuhi seluruh firman yang Allah sampaikan sebelumnya. Kristus ini adalah klimaks dari berita Alkitab secara keseluruhan. Perhatikan, silsilah itu dimulai dengan Abraham. Bukankah ia yang menerima perjanjian Allah bahwa seluruh keturunannya akan menjadi umat pilihan Allah? Sayang sekali, sejarah begitu jelas mengetengahkan ketidaksetiaan umat pilihan ini. Tetapi di pihak Allah sendiri, Allah tidak menarik ikatan perjanjian itu. Kedatangan Kristus memenuhi seluruh janji yang Allah berikan kepada nenek moyang Israel. Damai itu hadir, berarti seluruh kesetiaan Allah berpadu di dalam pribadi Yesus Kristus.

3. Kedua, kedatangan Kristus adalah untuk semua golongan manusia. Perhatikan kelompok I (ay. 1–6a), yaitu kelompok bapa-bapa bangsa Israel. Mereka adalah orang yang menerima janji Allah, dan yang menikmati Tanah Perjanjian. Kelompok II (ay. 6b–11) adalah kaum ningrat, para pemimpin bangsa dari masa kejayaan hingga pembuangan ke Babel. Kelompok III (ay. 12–16) adalah orang-orang yang hidup pada masa pascapembuangan—orang-orang yang tidak kita kenal dan tidak kita harapkan. Tetapi justru orang yang tidak terkenal malah menjadi target Allah untuk melahirkan Mesias. Perhatian juga kelompok IV, yaitu perempuan-perempuan yang sebenarnya berlatarbelakang tidak baik atau tidak terpandang di masyarakat. Bukankah suatu kebenaran yang jelas bahwa Allah datang untuk kaum yang terhina dan tersisih? Yang tidak masuk hitungan bahkan dibuang oleh masyarakat?

4. Ketiga, kedatangan Kristus adalah untuk memberitakan bahwa Allah itu Raja. Yesus Kristus adalah Mesias. Apa maksudnya Mesias? Yaitu yang menjadi pemimpin umat Allah untuk tunduk kepada Allah. Orientasi manusia diarahkan kepada Allah. Pusat kehidupan manusia adalah Allah. Prioritas hidup manusia seharusnya Allah saja. Inilah tujuan Kristus hadir. Manusia berdosa takkan mungkin sanggup memiliki ketaatan seperti ini. Yang ada hanyalah pemberontakan. Tetapi syukur kepada Tuhan, melalui Yesus Kristus, kita diperdamaikan kepada Allah sehingga dapat patuh kepada Allah.

5. Sahabat, betapa bahagianya seseorang yang menyambut Kristus sebagai pembawa damai pada masa sekarang ini. Apakah Anda orangnya?


Mengapa tanggal 25 Desember?

Memang, 25 Desember semula bukan hari perayaan Kristen. Dalam kebudayaan Romawi kafir dikenal perayaan Natalis Invicti, untuk memuja kelahiran Dewa Matahari. Setelah Kekaisaran Roma menjadi negara Kristen, perayaan yang kadhung familiar di dunia Roma “di-Kristen-kan” dan dijadikan peringatan kelahiran Kristus di bawah titah Kaisar Konstantinus Agung.

Bagaimana sikap kita?
(1) Meski berasal dari kebudayaan kafir, kita tidak perlu bersikap antipati atau menolak Natal. Pengalihan hari raya itu sebagai hari raya umat Kristen menyatakan kebenaran bahwa Yesus Kristus lebih tinggi daripada dewa tertinggi orang Roma.
(2) Ahli Kitab Suci bernama Alfred Edersheim (baca: Ede:syaim) menyelidiki kapankah kira-kira hari kelahiran Kristus. Data yang ia peroleh tentang para gembala yang menggembakan domba di padang Efrata kira-kira berlangsung pada akhir bulan Desember atau awal Januari. Sebelum tanggal 20 Desember, Palestina mengalami musim dingin, dan biasanya para gembala akan segera menggembala selepas musim dingin itu berlalu. Jadi, kelahiran Kristus kira-kira terjadi pada akhir bulan Desember.


Apakah tiap Natal harus ada pohon terang?

Kita menjawab Tidak. Beragam cerita berdiri di balik kebiasaan ini, dari yang kafir sampai yang religius. Tetapi yang paling baik adalah kisah yang dituturkan Martin Luther, sang reformator besar dari Wittenberg, Jerman itu. Di malam Natal, Martin Luther pergi keluar untuk mengambil dahan pohon cemara. Ia meletakkannya di dalam rumah, di samping perapian, dan memasang lilin-lilin kecil di dahan-dahannya. Lalu ia mengundang semua anaknya (berjumlah 25 orang) untuk duduk di bawah pohon Natal itu dan menuturkan kisah-kisah Natal kepada mereka.

Jadi, pohon cemara tidak memiliki nilai pengajaran tertentu, tetapi lebih bersifat fungsional. Meneladani Martin Luther, bila keluarga Kristen memasang pohon Natal, maka seharusnya di dalam keluarga itu kisah-kisah Natal diceritakan kembali dan seluruh keluarga berkumpul untuk mendengarkannya dengan khidmat.


Mengapa kedatangan Kristus disebut damai?

Orang Roma memperingati kelahiran kaisarnya yang diyakini keturunan dewa. Kaisar Agustus, misalnya, dalam sebuah prasasti dinyatakan, “Inilah hari kelahiran penguasa dunia yang membawa kabar baik, yaitu berita damai kepada seluruh penjuru dunia.” Kaisar yang lahir memberi dampak kepada dunia, yaitu damai sejahtera hadir. Orang Roma bangga dengan slogannya Pax Romana (Damai Roma).

Kelahiran Kristus juga disebut “kabar baik.” Kelahiran Yesus di Betlehem menandai era baru yang dipimpin oleh Allah sendiri. Suatu bangsa atau umat kini tunduk dalam pimpinan Mesias utusan Allah. Maka, Yesus yang lahir ini juga secara tak langsung diakui sebagai Raja sama agungnya, bahkan lebih Agung, dari kaisar Roma.


Siapakah orang-orang Majus itu?

Jauh sebelum Kristus, Herodotus, sejarawan Yunani menerangkan suatu kasta pemuka agama di antara bangsa Media di abad ke-6 SM, kasta yang memiliki kemampuan khusus untuk menafsirkan mimpi-mimpi. Para majus masih ada meskipun Kerajaan Media jatuh dan diganti Persia (kira-kira 550 SM), dan berdirinya agama Zoroastrian, maka para majus ini disebut pendeta-pendeta agama Zoroastrian.

Data lain dari Josephus, yang hidup sezaman penulis Injil Lukas, menyebut tentang Atomos, seorang majus dari Cypriot yang bertugas di Kaisarea Maritima, Palestina, pada tahun 50-an, memiliki kekuatan untuk meramalkan masa depan lewat bintang (astrolog), membaca mimpi dan daya magis.

Penjelasan Matius bahwa kaum Majus ini mencermati bintang, kemungkinan besar mereka adalah astrolog. Namun yang lebih penting, Maitus cenderung untuk mempersiapkan pembaca bahwa di antara orang-orang yang mengelilingi Yesus Kristus, terdapat orang-orang asing yang bersedia datang kepada-Nya dan menaruh hormat. Sebaliknya, banyak orang yang sebangsa dan seagama dengan Yesus malahan menolak kehadiran-Nya.


Apa sebenarnya bintang menuntun para majus?

Ada tiga teori.

(1) Astronom dan fisikawan Johannes Kepler menyebutkan, bahwa bintang yang nampak itu adalah bintang yang baru (supernova), yang belum pernah dilihat sebelumnya. Sebuah supernova dapat nampak jauh lebih terang daripada yang lain, sebab bintang itu kemungkinan ratusan juta kali cahayanya dibanding matahari. Teori ini sebenarnya hanya dugaan saja.
(2) Sebuah komet. Edmund Halley (meninggal 1742) menemukan komet yang muncul 77 tahun sekali. Dalam perhitungan astronomis, maka komet ini pernah muncul pada tahun 12–11 SM. Seorang ahli menyatakan, pada saat komet ini tampak menjelang kelahiran Kristus, ia berada di dalam wilayah zodiak Gemini dengan kepalanya menghadap Leo. Hal ini membuka kemungkinan untuk menafsirkan fenomena astronomis (mis. Leo dapat diasosiasikan dengan Singa dari Yehuda).
(3) Konjungsi antarplanet. Yupiter dan Saturnus adalah planet dengan kecepatan revolusi terhadap matahari yang terendah: Yupiter tiap 12 tahun, Saturnus 30 tahun. Setiap 20 tahun sekali, kedua planet saling melintasi. Lebih jarang lagi ketika Mars juga turut berkonjungsi dalam lintasan segaris dengan Yupiter dan Saturnus. Johannes Kepler melihatnya pada tahun 1604, dan ia menghitung hal ini terjadi 850 tahun sekali. Dan, hal ini juga terjadi pada tahun 7–6 SM. Dari kalkulasi para ahli, kita tahu bahwa konjungsi Yupiter-Saturnus terjadi pada bulan Mei/Juni, September/Oktober dan Desember tahun 7 SM, dan pada awal tahun 6 SM planet Mars melintas sehingga membentuk “konjungsi besar,” dan tepat di zodiak bintang Pisces. Zodiak ini bagi orang Yahudi sering diasosiasikan sebagai masa akhir, masa Kerajaan Mesias; sementara Yupiter oleh astrolog Partia diasosiasikan dengan pemimpin dunia. Dan, Saturnus diidentikkan sebagai bintang orang-orang Amori di wilayah Siro-Palestina. Fenomena alam ini yang konon membuat astrolog Partia memprediksikan bahwa akan muncul di Palestina, di antara kaum Ibrani, seorang pemimpin dunia yang menandai masa akhir.


Apakah Bayi Yesus dilahirkan di kandang?

Sebenarnya Lukas 2.7 sama sekali tidak menyebut kata “kandang.” Pemunculan kata “palungan” yang membuat banyak orang menyimpulkan Yesus pastilah dilahirkan di kandang. Kata katalyma yang diterjemahkan “penginapan” menunjuk kepada suatu tempat meletakkan (kata kerja katalyein) bebannya pada waktu berhenti dalam sebuah perjalanan. Jangan sampai kita membayangkan penginapan seperti hotel atau losmen yang memiliki banyak kamar. Mirip dengan sebuah karavan yang dapat menampung banyak orang di dalam satu atap. Para pengunjung tidur di atas dipan yang lebih tinggi dari lantai, dengan hewan berada di bawah atau di lantai yang sama. Nampaknya Yusuf dan Maria kehabisan tempat untuk menginap.

Sedangkan kata phātne (baca: fa:tne) yang diterjemahkan “palungan,” tidak harus menunjuk pada kandang atau gudang. Menurut arkeologi, Betlehem adalah dusun kecil dan kebanyakan anggota masyarakat bukan orang kaya. Mereka tidak punya ruang lain selain rumah yang satu ruang saja. Jadi dengan berkata tidak ada tempat bagi Yesus, Lukas hendak menekankan bahwa keluarga Yusuf tidak menemukan tempat yang cukup untuk meletakkan Bayi Yesus.

Pada abad ke-2, Bapa Gereja Justin bersaksi bahwa Yesus lahir dalam gua. Sampai abad ke-4, keyakinan ini menguat. Kaisar Konstantinus Agung menandai suatu gua di Betlehem sebagai tempat kelahiran Yesus pada tahun 325. Hanya saja, kesaksian gereja kuno ini melampaui minat penulis Lukas untuk menerangkan kelahiran Yesus.

TEPUJILAH ALLAH!

No comments:

Post a Comment