Sunday, November 19, 2006

"Tujuh Roh" (Why 1.4)

CATATAN MENGENAI “TUJUH ROH” DALAM WAHYU 1.4

(4) Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhta-Nya, (5) dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya



Pertama, beberapa penafsir pada dekade-dekade lalu menyimpulkan bahwa “ketujuh roh” adalah tujuh malaikat atau penghulu-penghulu malaikat. Hal ini didasarkan pada frase yang mengikutinya “di hadapan tahta Allah.” Diteguhkan lagi melalui tulisan Yahudi 1 Henokh 20.1-8.

Kedua, ada pula yang berpendapat bahwa ketujuh roh itu adalah pembawa tujuh cawan dan sangkakala (8.2; 15.1, 6-8).

Ketiga, alangkah lebih baik mengartikannya sebagai suatu penggambaran figuratif fari karya Roh Kudus. Lebih tegas lagi, karya Roh Kudus dalam segala kepenuhannya. Dalam bagian ini, kita berjumpa dengan “pengungkapan trinitaris”—Allah, Yesus Kristus, Roh—yang merupakan tipikal PB ketika menuliskan karya Roh Kudus. Dengan perkataan lain, karya pneuma selalu diatributkan berbarengan dengan Bapa dan Anak dalam kitab-kitab PB (mis. Yoh. 15.26; 16.13-15; Kis. 2.33).

Frase “ketujuh roh yang ada di hadapan tahta-Nya” diperluas dalam 4.5 di mana dinyatakan “Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.” Kita tidak perlu merasa dikacaukan dengan frase lain, yakni “tujuh kaki dian emas” (1.12 dab.), yang menunjuk kepada gereja. Malahan kita dapat menarik kesimpulan bahwa Roh itulah yang memberdayakan gereja untuk menjadi efektif sebagai saksi-saksi Kristus di tengah-tengah dunia. Bukan hanya itu saja, bila di 1.4 kita melihat bahwa “ketujuh roh” berimpitan dengan “ketujuh jemaat yang di Asia Kecil,” maka Roh itu adalah dasar dari pesan yang disampaikan dalam seluruh Kitab Wahyu, serta kunci yang memampukan gereja untuk mengerti dan menaati berita tersebut (ingat adagium dari ketujuh surat kepada jemaat di Asia Kecil, “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat”)

Kita pun perlu menilik alusi ayat ini dari PL, yang kemungkinan diambil dari Yesaya 11.2 (LXX). Di dalam Septuaginta tersebut, ada tambahan “kesalehan” (godliness) yang menggenapkan enam keutamaan dalam teks Masorah; dan juga Zakharia 4.2, 10, di mana tujuh pelita itu “adalah mata TUHAN, yang menjelajah seluruh bumi.” Lihat terlebih dahulu Zakharia 4.6 yang menjadi kunci, bahwa Tuhan semesta alam bekerja “bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku.” Jadi dalam, Wahyu Roh adalah sarana yang Allah pakai untuk menghancurleburkan keperkasaan dan kekuatan dari naga dan binatang besar (Why. 13).

TERPUJILAH ALLAH!

No comments:

Post a Comment