Sunday, November 19, 2006

Pemulihan Jati Diri Umat Allah

PEMULIHAN JATI DIRI UMAT ALLAH

YESAYA 44.1–8


Berbicara tentang “jatidiri,” banyak orang memandang kaitannya dengan status dan kelas sosial yang tinggi di masyarakat. Status ini didapat jikalau seseorang mempunyai sesuatu. Makin besar jumlah yang dimiliki maka statusnya di masyarakat juga makin tinggi, dan jatidirinya makin jelas. Diwakili oleh orang Jawa, maka seorang laki-laki disyaratkan untuk memiliki 5 hal supaya diakui keberadaannya: culiga, wisma, kukila, turangga dan wanita.

Tetapi menilik firman Tuhan, kita justru diperhadapmukakan satu kenyataan bahwa jatidiri sebagai umat Allah sama sekali tidak didasarkan pada berapa besar kepemilikan kita. Sejarah yang melatari teks kita justru suasana kehancuran! Orang Israel kehilangan kehormatan. Pada tahun 587 sebelum Kristus, Yerusalem dijarah oleh bangsa asing. Bait Allah dihancurkan. Tembok Yerusalem diporak-porandakan. Israel diangkut ke Babel, sebagai tawanan dan orang terbuang.

Di sini Allah juga tidak menjanjikan pemulihan dengan cara mengembalikan semua harta yang dimiliki oleh orang Israel. Tetapi kita dapat menelusuri 4 hal pemulihan itu:

Apa hakikat pemulihan umat Allah? Yaitu tindakan Allah yang menyatakan kembali bahwa Israel adalah umat-Nya (ay. 1 dan 5).

Membaca teks ini baik-baik, maka kita akan sampai kepada kesimpulan bahwa pemulihan itu tidak mungkin berangkat dari hasrat hati manusia, sebab dosa telah begitu mengikatnya dan manusia sebenarnya menikmati dosa itu! Ya, hidup dalam dosa itu nikmat. Dosa membelenggu manusia dalam segala bujuk dan rayuannya (bdk. 43.22–24).

Allah dengan segala kekayaan rahmat-Nya menyapa bangsa yang berdosa itu sebagai Yakub dan Israel (juga Yesyurun), dan sapaan inilah yang disambut oleh umat kemudian di ay. 5. Siapa yang bertindak terlebih dahulu? Allah!

Apa sumber pemulihan itu? Yaitu Roh Kudus yang dicurahkan Allah kepada umat-Nya (ay. 3).

Jika Allah mencurahkan Roh-Nya, maka sebenarnya Allah sendiri hadir di dalam umat-Nya untuk tinggal bersama mereka. Di dalam Roh ini Allah menanggung semua beban yang umat alami. Sebenarnya ini menjadi penghiburan yang besar bagi kita. Allah tidak meninggalkan kita. Allah menanggung segala beban kita di atas pundak-Nya sendiri—yaitu melalui Roh Kudus yang dicurahkan-Nya untuk tinggal bersama umat.

Apa dasar pemulihan itu? Yaitu pengakuan Allah adalah Raja dan bukan yang lain (ay. 6, 7).

Standar pemulihan itu ialah bilamana umat tak lagi mendua hati. Umat kembali berbalik kepada Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang agung, dan menanggalkan segala macam berhala. Tuhan Yesus juga pernah berkata bahwa seseorang takkan mungkin dapat mengabdi kepada dua tuan: kepada Allah dan kepada Mamon. Faktor kepatuhan dan ketaatan mutlak kepada Allah dituntut ada dalam umat Allah.

Apa dampak pemulihan itu? Yaitu umat menjadi saksi-saksi Allah (ay. 8)

Panggilan pertama Israel adalah menjadi Terang bagi bangsa-bangsa. Maka jika pemulihan itu terjadi, panggilan ini juga dikukuhkan kepada Israel. Umat adalah saksi Allah. Itu berarti dalam setiap perikehidupannya, umat menyandang Allah. Orang dapat memandang Allah yang tidak kelihatan sesungguhnya harus dijawab oleh setiap orang yang mengaku Allah adalah Rajanya. Saksikan dengan penuh sukacita bahwa Allah telah membawa pemulihan ke dalam hidup kita.

Dalam penantian kita akan datangnya kembali Kristus ke dalam dunia, hati kita dipersiapkan dengan merenungkan satu kebenaran bahwa Kristus datang membawa pemulihan. Pemulihan secara individu, keluarga dan komunitas orang percaya. Mari kita melakukan otokritik dan mawas diri. Apakah selama ini hidup kita benar-benar dituntun oleh Allah? Apakah sepanjang perjalanan hidup kita, mulut kita melimpah dengan pujian dan pengakuan bahwa Ia adalah Raja kita?

Dialah Imanuel! Allah beserta kita. Sambutlah Dia dalam kuasa Roh Kudus yang Allah sudah berikan ke dalam hati kita, dan beranilah menjadi saksi bagi nama-Nya.

TERPUJILAH ALLAH!

No comments:

Post a Comment